Nebeng, Kiat Irit Pekerja Urban Ibu Kota
20 Juni 2013
Muhammad Saifullah - Okezone
BEBERAPA mobil Multi Purpose Vehicle (MPV)—kendaraan serbaguna dengan tempat duduk untuk tujuh orang dan bagasi—berderet di bilangan jalan Jatiasih, sebelum pintu gerbang tol Bekasi. Rabiatun (45), bergegas masuk ke salah satu mobil warna hitam. Sembari menyapa pengemudinya, dia melihat ada beberapa orang berniatan sama dengannya. Ya, dia hanya menumpang mobil atau bahasa kerennya ‘nebeng’.
“Ada situsnya mas, khusus ‘tebengers’ (komunitas penebeng). Saya jadi tahu di mana titik-titik berkumpul para pemberi tumpangan sesuai tujuan saya,” ungkap karyawan swasta di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat ini.
Beberapa titik tempat para komuter dari Bekasi seperti dirinya, ternyata sudah disepakati. Seperti kumpul di area Galaksi (depan LBA LIA), Pekayon (samping bengkel berciri mobil di atas atap), Jatibening (depan perumahan Jatibening dekat pintu tol), pintu tol Bekasi Timur, Bintara, hingga bundaran Komsen ke arah pool taksi yang sering ditandangi Rabiatun.
Tidak semua mobil-mobil pribadi tadi mau mengantar sekehendak para penebeng. Mereka menyebutkan keterangan dalam website tentang tujuan mereka. Rata-rata, ujar Rabiatun, kawasan perkantoran dan bisnis yang dituju. Mulai dari Kuningan, Blok M, Sudirman, Thamrin, Grogol, dan Slipi. Jam berkumpul pun disesuaikan oleh para pemberi tumpangan. Biasanya mulai dari jam 05.00-08.00 WIB menjadi jam padat komunitas ini berinteraksi.
“Kalau saya rasa lebih murah dan mengasyikkan, ya. Karena kita patungan membayar tiket masuk tol dan terkadang kita menyumbang untuk beli bensin para pemilik mobil. Tapi kebanyakan mereka cukup minta dibayari tol karena merasa senang juga kita temani di perjalanan,” jelas Rabiatun.
Kesenangan mendapat teman seperjalanan juga dirasakan salah satu pemberi tumpangan. Sopian Silaban, mengaku sangat terbantu dengan situs komunitas penebeng ini. Suatu pagi, dia pergi menuju Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Pegawai swasta ini awalnya sendirian di dalam mobil. Saat masuk jalur three in one, dia terpaksa berhenti dan menunggu hingga pukul 10.00 WIB di sebuah parkiran kampus.
"Hilang waktu deh satu jam dan bengong. Dari situ saya putuskan untuk lebih sering memberi tebengan daripada jalan sendiri," katanya.
Prinsip kedua belah pihak tadi memang bisa dilihat sebagai sebentuk simbiosis mutualisme. Dan hal ini juga berdampak pada terdongkraknya website kelompok penebeng ini.
Berawal dari tiga orang pemrakarsa, kini situs ini memiliki lebih dari 45 ribu orang anggota di Jabodetabek. Jumlah ini terdiri dari 29.979 penebeng, dan 15.833 pemberi tebengan. Sebanyak 531 di antara pemberi tebengan, menggunakan sepeda motor, sedangkan sisanya, 15.302 adalah pemberi tebengan yang menggunakan mobil.
"Website ini dibentuk bertujuan untuk memberikan salah satu solusi dalam menghadapi kenaikan BBM, dengan cara mempermudah komunikasi antara pemberi tebengan dan penebeng," ujar salah satu pencetusnya, Sylvia Setiadarmo seperti dikutip dari situsnya.
Dia menjelaskan, konsep yang ditawarkan dia dan suaminya, Rudyanto Linggar serta sang ayah, Hary Setia Darmo sangat simple. Para penebeng tinggal bergabung dengan penebeng dan pemberi tebengan di www.nebeng.com.
Pengelola tak membebani biaya untuk melakukan pendaftaran. Kemudian peminat akan dikenai biaya untuk membeli poin agar bisa melihat data member lain. Dari sini peminat bisa melihat data pribadi seperti nomor telepon dan email agar dapat menghubungi untuk ikut menebeng darinya.
Untuk 10 poin, pengelola mengenakan biaya Rp20 ribu, per poin hanya dapat digunakan untuk melihat satu data. Dia menjelaskan anggota di nebeng.com ini terbagi dua. Ada yang memberi tumpangan (tebengan) dan menumpang (penebeng).
Si penebeng dapat menumpang kendaraan pemberi tebengan asal memiliki arah tujuan yang sama dengan si pemberi tebengan. Setelah mendapat data orang yang memiliki rute tujuan yang sama, kedua belah pihak dipersilakan melakukan kesepakatan masing-masing.
Jika si pemberi tebengan memiliki syarat-syarat khusus, komunikasi dilakukan langsung dengan si penebeng tanpa melibatkan pengelola, ataupun anggota yang lain. Misalnya, ada pemberi tebengan yang hanya mau menerima penebeng perempuan. Ada juga yang hanya memberi tebengan saat berangkat, larangan merokok di dalam kendaraan, atau iuran untuk uang bahan bakar.
“Selain itu, tujuan akhir dari Gerakan Hemat BBM ini adalah berkurangnya jumlah mobil yang beroperasi di jalan raya. Jika dua orang atau lebih berangkat kerja dengan kendaraan masing-masing mau bergabung menjadi 1 mobil saja untuk berangkat kerja, minimal akan menghemat BBM 50 persen. Dan ini akan mengurangi kemacetan jalan raya," sambungnya.
Komunitas ini juga menawarkan mudik bareng lantaran acapkali kesulitan mendapatkan tiket mudik. Keuntungannya, jelas Sylvia, biaya bahan bakar dapat ditanggung bersama dan juga menjalin tali silaturahim. Kemacetan kala mudik pun bisa dikurangi.
Sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2013/06/20/500/824810/nebeng-kiat-irit-pekerja-urban-ibu-kota